Tuesday, May 6, 2008

Tentara Amerika serikat menetang perang irak dengan Tato

Kredibilitas Washington tengah ambruk. AS gagal mengatasi kemelut Irak, belum tuntas menumpas al-Qaidah, tersingkir secara politis di Libanon, dikesampingkan Suriah, dan mulai dipandang sebelah mata oleh kegelisahan sekutu Arabnya. Kebijakan Washington justru makin meningkatkan ekstrimisme Sunni, makin berjarak dengan rakyat Arab prodemokrasi seperti di Palestina dan Mesir, serta makin menguatkan popularitas Iran.
Di sisi lain, tak banyak waktu tersisa bagi pemerintahan Bush yang sudah mulai senja. Perseteruan antar pejabat, termasuk Wapres Dick Cheney yang makin kehilangan sekutu, membuat gundah banyak pihak. Para pemimpin Arab tak lagi sepenuhnya percaya dengan Bush dan mulai menyiapkan pelampung politik masing-masing sembari bersiap menyusun langkah menyambut bakal penghuni baru Gedung Putih.
Sersan Eli Wright, seorang dokter militer yang pernah bertugas di Irak, punya cara sendiri untuk menunjukkan bahwa ia menentang perak AS di Irak. Ia membuat tatto di hampir seluruh lengannya, untuk mengingatkan keinginannya untuk keluar dari kancah peperangan.

Eli adalah salah seorang anggota militer AS yang sedang menunggu hasil pemeriksaan medis atas dugaan mengalami gangguan stress pasca trauma. Ia merupakan salah satu dari 300 ribu pasukan AS yang mengalami gangguan mental pasca bertugas di Irak dan Afghanistan. Selain stress dan gangguan kejiwaan, gejala lainnya yang dialami para veteran perang di Irak dan Afghanistan adalah sulit tidur, merasa gelisah, jadi pelupa.
Aturan militer AS melarang pasukannya bertato. Selama ini Eli menggunakan perban untuk menutupi tatonya. "Di hari terakhir saya, saya akan melepas perbannya, memberikan hormat pada komandan dan menunjukkan padanya apa yang saya rasakan, " kata Eli soal tatonya.

Eli mengaku terinspirasi dari para penentang perang Vietnam, ketika AS mengobarkan perang di negeri itu. "Selama perang Vietnam, mereka yang menentang perang menyematkan paper clip di seragamnya, ini cara kecil mereka untuk menunjukkan identitas, " tukas Eli.

"Kami memutuskan untuk tidak hanya menyematkan paper clip, kami membuat tato. Saya berharap tentara lainnya yang menentang perang di Irak, mengikuti cara kami, " sambung Sersan Ali yang bertugas di Irak selama satu tahun.

Sejak invasi AS ke Irak tahun 2003, bukan hanya membuat ratusan ribu tentara AS mengalami gangguan mental, tapi juga sudah menelan korban 4.071 tentara dan 29 ribu tentara lainnya luka-luka. Sedangkan di Afghanistan, sejak invasi tahun 2001, tercatat 496 pasukan AS tewas.

Setelah kembali dari Irak, Sersan Eli bergabung dengan Walter Reed Army Medical Center. Ia ditugaskan untuk merawat pasien, para tentara dari Irak dan Afghanistan yang diamputasi, mengalami luka di bagian otak dan luka-luka lainnya. Eli lalu ditempatkan di ruang gawat darurat di mana ia menemui banyak pasien veteran perang Vietnam yang mengalami ketergantungan pada obat-obatan terlarang dan alkohol.

Ketua Komite Vietnam Veterans of America's Post Traumatic Stress Diorder (PTSD) Tom Berger mengungkapkan, jumlah pasukan AS yang mengalami gangguan mental pasca perang kemungkinan akan meningkat 20-30 persen dari jumlah ketika masa perang Vietnam.


No comments: